MUKTAMAR SASTRA 2018
MENGGALI KENUSANTARAAN MEMBANGUN KEBANGSAAN
MUKTAMAR SASTRA 2018 adalah sebuah ikhtiar. Satu upaya untuk mendorong gerak bangsa ini agar tidak melulu menjadikan politik dan ekonomi sebagai panglima.
Sekali waktu, kebudayaan juga harus maju.
Tampil ke muka untuk mengendurkan tarikan benang kusut kehidupan sosial dan membuka ruang bernafas lebih lega di luar sesi-sesi debat politik yang banal (tak elok).
Kita semua percaya bahwa bangsa ini dibangun dengan tatanan dan ajaran-ajaran baik.
Nilai tentang kerukunan, kerja keras, persatuan, gotong royong, dan sikap tenggang rasa adalah pelajaran utama dari para kiai dan pendiri bangsa.
Muktamar Sastra untuk yang pertama diselenggarakan tahun ini diselenggarakan atas kerjasama Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, Lembaga Ta’lif wa Nasyr (LTNNU) Jawa Timur, Lesbumi NU Jawa Timur, Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Jawa Timur, serta TV9 Nusantara.Turut dihadiri oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin para kiai dan tokoh budayawan cum sastrawan nasional seperti KH Mustofa Bisri, KHR. Achmad Azaim Ibrahimy, KH D Zawawi Imron, KH Mutawakkil Alallah dan Emha Ainun Nadjib.
“Jikalau hari ini sebagian dari nilai-nilai itu memudar, maka gerakan kebudayaanlah yang diharapkan bisa memulihkan kembali,” ucap sapaan akrab Zawal ini.
“Dengan jalan kebudayaan kita berharap bisa kembali menggali ke-Nusantara-an dan membangun kebangsaan,” imbuhnya.

Muktamar Sastra tahun ini juga akan diikuti oleh 55 sastrawan dari 34 provinsi di Indonesia, 32 sastrawan dari kota/kabupaten penyangga di Jawa Timur, 10 delegasi Lembaga pendidikan, sanggar seni, dan pesantren (RMI NU), peserta peninjau dari media massa, 5 peserta dari negara serumpun, serta puluhan peserta mandiri yang mengirimkan karya dan diseleksi oleh Sosiawan Leak, Mashuri Alhamdulillah, Raedu Basha, Zainul Walid, dan Rosie Jibril sebagai dewan kurator.
Lebih jauh Zawal mengungkapkan, sebagaimana lazimnya forum muktamar, dalam Muktamar Sastra 2018 ini juga diisi dengan diskusi pleno dan panel. Dimana diskusi pleno pertama akan membahas Sejarah dan Khazanah Kesusasteraan Pesantren. Sementara pleno kedua akan membicarakan Pergumulan Kesusasteraan di Indonesia.
“Dua tema besar ini diharapkan dapat memunculkan pemetaan kesusasteraan Nusantara. Paling tidak, dalam dua segmentasi besar, sastra pesantren dan sastra Indonesia non pesantren,” ucapnya.Selain itu, lanjut Zawal, Muktamar Sastra 2018 diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi-rekomendasi kebudayaan, bagi negara dan khalayak umum.“Rencananya akan dicatat serta diabadikan sebagai Piagam Sukorejo 2018,” tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar